? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?
There and give His miracles at that time as well.
Give a round of applause to the Blessed Virgin Mary.
So, if God permits, God will not leave. God will be with you.
Bapak jatuh syukur. Mari kita berikan tepuk tangan yang paling meriah. Tepuk tangan yang paling nasihat buat Tuhan. Mari kita sembah Dia.
Ya Allah, Ya Allah, Ya Allah, kami sembah, kami sembah Tuhan.
Sekarang, Ya Allah, sekarang, Ya Allah, sekarang.
Hari ini, seperti lagu ini mengatakan, "Hanya Engkau segalanya dalam hidup kami."
Sebab banyak hal boleh mengecewakan hidup kami. Keadaan kami boleh mengecewakan kami. Manusia boleh mengecewakan kami.
Tapi firman Tuhan berkata, "Orang yang berharap kepada Tuhan tidak akan pernah dikecewakan oleh Tuhan."
Sebab itu, hari ini kami bangkitkan iman kami dan kami percaya Tuhan kami selalu punya cara untuk menolong kami.
Di saat terjepit, sekalipun tetap Tuhan punya cara.
Sebab itu, hari ini kami mau duduk diam di bawah kaki Tuhan. Kami mau belajar dari firman Tuhan.
Karena kami percaya firman ini akan memberkati setiap kami.
Bagi hambamu yang terbatas ini untuk menyampaikan isi hati Tuhan yang tidak terbatas dan doa dari hambamu.
Saat firman Tuhan ini disampaikan, setiap jemaah Tuhan yang mendengar pulang diberkati oleh Tuhan.
Di dalam nama Tuhan Yesus, mari setiap jemaah yang siap mendengarkan berkati oleh Tuhan.
Mari bersama-sama dengan saya, kita mau katakan Amin.
Kasih tepuk tangan yang paling meriah. Tepuk tangan yang paling dasyat buat Tuhan.
Puji Tuhan, silahkan duduk Bapak Ibu Saudara sekalian.
Puji Tuhan, selamat malam.
Belum semuanya, sekali lagi selamat malam.
Tuhan Yesus kita baik.
Kasih tahu kanan Saudara, Tuhan Yesus baik.
Jangan-jangan senggol kirinya, katakan Tuhan Yesus dasyat.
Ini percaya Dia luar biasa.
Boleh lambaikan tangan tinggi-tinggi. Tepuk tangan yang paling meriah. Tepuk tangan yang paling dasyat buat Tuhan.
Puji Tuhan.
Saudara, mari kita bersama-sama buka Alkitab kita.
Saudara siap mendengar firman Tuhan hari ini?
Puji Tuhan.
Yeremia 29 ayatnya yang ke-11.
Senang sekali bisa kembali melayani Saudara semua hari ini.
Ini khutbah saya yang ke-6 untuk hari ini.
Tadi pagi sebelum saya khutbah di ibadah pertama, ada kejadian Bapak Ibu Saudara.
Karena saya tidak bisa berkata-kata.
Seperti Saudara tahu, tadi pagi semua jalannya ditutup.
Karena itu, tadi pagi saya juga tidak bisa ke gereja.
Akhirnya, Saudara, saya kena macet. Semua jalan ditutup.
Apa yang saya lakukan?
Saya tinggal mobil saya di jalan. Saya jalan kaki ke gereja, Bapak Ibu Saudara.
Ya kan? Puji Tuhan, sampai akhirnya ke gereja.
Dan tadi pagi saya pikir tidak ada orang yang datang.
Tapi puji Tuhan, tempat ini tetap penuh dengan kemuliaan Tuhan.
Tepenuh dengan jiwa-jiwa yang luar biasa.
Dan bagi tadi pagi, Saudara yang mungkin sudah berangkat, lalu pulang, lalu datang lagi, saya berterima kasih.
Buat Saudara yang punya semangat sungguh-sungguh untuk beribadah kepada Tuhan.
Saya percaya hari ini ibadahnya pasti memberkati Saudara semuanya. Amen.
Oke, kita baca sama-sama.
Satu, dua, tiga.
"Ya sebab Aku ini mengetahui apa rancangan-rancangan apa yang ada padku mengenai kamu," demikianlah firman Tuhan.
Yaitu apa, Saudara?
Rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan.
Apa? Untuk memberikan kepadamu, sama-sama katakan, "Hari depan yang penuh harapan."
Saudara, hari ini saya akan melanjutkan seri khutbah yang sudah saya mulai di awal bulan Oktober.
Saya memulai satu seri khutbah.
Saya berikan judul, "Menerima yang terbaik dari Tuhan."
Ulangi sama-sama, satu, dua, tiga.
"Ya, menerima yang terbaik dari Tuhan."
Kasih tahu kanan kiri, "Kamu menerima yang terbaik."
Saya punya sebuah keyakinan bahwa orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, hidupnya pasti menerima yang terbaik dari Tuhan.
Kenapa?
Karena rencana Tuhan buat kita itu sangat baik.
Kalau kita baca dalam Kejadian 1 ayat 31, dikatakan pada saat Tuhan menciptakan manusia, kita melihat bahwa Tuhan melihat semua yang dijadikannya dan Tuhan berkata, "Itu sungguh amat baik."
Termasuk pada saat Tuhan menciptakan manusia, Tuhan berkata, "Sungguh amat baik."
Sebab itu, saya percaya Tuhan merencanakan yang terbaik untuk manusia.
Sebab itu kita juga bisa menerima yang terbaik dari Tuhan.
Tepuk dada Saudara, katakan, "Saya menerima yang terbaik dari Tuhan."
Tapi masalahnya, pertanyaannya adalah, kenapa begitu banyak hal yang tidak baik yang kita alami dalam kehidupan kita?
Jawabannya sederhana.
Saya sudah sampaikan bahwa dosalah yang mencuri segala sesuatu yang baik dalam hidup orang percaya.
Dosa masuk dalam kehidupan manusia.
Apa yang terjadi?
Segala yang baik mulai dicuri. Segala yang baik mulai diambil.
Tetapi hari ini ada kabar baik buat Saudara dan saya.
Bagi kita hari ini yang tinggal di dalam perjanjian baru.
Kalau kita lihat di perjanjian lama, begitu banyak yang tidak baik.
Tetapi perjanjian baru dimulai dengan karya penebusan Yesus.
Dimana kita lihat bahwa lewat pribadi itu, lewat pribadi yang telah mengorbankan dirinya untuk dosa umat manusia.
Di saat kita percaya kepada pribadi itu, maka yang kita dapatkan adalah pemulihan dari Tuhan.
Firman Tuhan berkata, "Kristus memulihkan segala sesuatu."
Dan hari ini, Saudara dan saya, jika kita percaya kepada pribadi itu, maka kita akan melihat segala yang baik.
Boleh saya tanya, siapa nama pribadi itu?
Boleh kasih tepuk tangan buat nama Yesus, nama di atas segala nama Tuhan kita.
Nah, sebab itu saya percaya lewat firman Tuhan kita kembali bisa menerima yang terbaik dari Tuhan.
Saya sudah menyampaikan bagian yang pertama, ini sedikit mengulang, bagaimana kita menerima yang terbaik dari Tuhan.
Yang pertama, kita harus belajar untuk mendengar seperti Yesus.
Kita harus hati-hati dengan apa yang kita dengar.
Bagaimana caranya?
Yang pertama, kita harus belajar untuk jangan meragukan siapa diri kita, Bapak Ibu.
Kalau engkau ingin mendengar seperti Yesus, pastikan bahwa engkau boleh mengalami masalah, persoalan, tantangan dalam hidupmu.
Tetapi apapun yang terjadi, kita tetap anaknya Tuhan. Amin.
Bapak Ibu, yang kedua, kita belajar bahwa untuk mendengar seperti Yesus, kita harus menguji segala sesuatu.
Semua yang kita dengar belum tentu dari Tuhan.
Sebab itu apapun yang kita izinkan masuk ke telinga kita, kita harus uji baik-baik.
Dan yang ketiga, kita sudah belajar untuk kita mendengar seperti Yesus, Tuhan yang harus memegang kata terakhir.
Saudara, minggu lalu saya melanjutkan ke part 2, yaitu kita belajar untuk menerima yang terbaik dari Tuhan.
Selain kita mendengar seperti Yesus, kita harus belajar untuk menjaga hati seperti Yesus.
Ulangi sama-sama, harus apa?
Sama-sama tepuk dada Saudara, katakan, "Jaga hati."
Jaga hati.
Kita harus belajar jaga hati seperti Yesus.
Bagaimana cara kita menjaga hati seperti Yesus?
Ada 3 prinsip.
Yang pertama, hidup kita tidak boleh dikendalikan oleh kedagingan.
Orang yang hidupnya dikendalikan kedagingan tidak akan lihat dirinya bisa jaga hati.
Yang kedua, kalau Saudara ingin jaga hati, apa yang harus kita lakukan?
Kita harus menjauhkan diri kita dari keangkuhan.
Jadi orang jangan sombong.
Senggol kanan kiri, jangan sombong.
Saudara boleh diberkati seperti apapun, sekaya apapun, jangan pernah sombong.
Saya tahu Saudara diberkati dari wajah Saudara kelihatan.
Orang diberkati, dari wajah Saudara kelihatan di rumah punya simpanan 1 triliun dan 51 kilo emas.
Ada yang amin?
Saya suruh periksa nanti, Bapak Ibu Saudara.
Tapi Saudara boleh sehebat apapun, belajar hari ini tetap rendah hati.
Nanti Tuhan akan angkat hidup Saudara.
Kasih tepuk tangan yang paling meriah.
Terima kasih untuk 1%.
Dan yang ketiga, belajar berkata cukup.
Sama-sama kasih tahu kanan kiri, "Cukup."
Belajar dalam hidup ini, kata itu cukup.
Karena rasa cukup melahirkan ucapan syukur.
Dan orang yang bisa bersyukur, dia akan pakai itu sebagai bentengnya untuk dia jaga hati.
Saudara, hari ini kita akan lanjut ke bagian yang ketiga.
Kita buka sama-sama Amsal 18 ayat 21.
Ya, kita akan mulai hari ini dengan Amsal 18 ayat 21.
Bagi Saudara yang mau dengar bagian pertama dan yang kedua, Saudara boleh ke Youtube GSJS, semua sudah di-upload di sana.
Puji Tuhan, baca sama-sama dengan suara keras.
Saya mau kita semuanya membaca.
1, 2, 3.
"Ya, hidup dan mati dikuasai lidah. Siapa suka menggembangkan pemakannya, akan memakan apa?"
Saudara?
"Buahnya."
Nah, hari ini saya akan menyampaikan bagian yang ketiga dengan satu tema, yaitu "Mengalami kuasa dari perkataan."
Ulangi 1, 2, 3.
"Mengalami kuasa dari perkataan."
Itu yang kita mau bahas hari ini, Bapak Ibu.
Kita sudah belajar bahwa untuk menerima yang terbaik, mendengarnya harus seperti Yesus.
Kita sudah belajar bahwa kita harus jaga hati kita seperti Yesus.
Setelah telinga kita yang kita jaga, setelah hati kita yang kita jaga, ketiga yang harus kita jaga adalah mulut kita.
Senggol kanan kiri, kasih tahu, "Jaga mulut."
Ya, ini adalah nasihat Salomo bagi kita semuanya.
Dikatakan, "Hidup dan mati dikuasai oleh lidah."
Lidah itu sangat penting sekali.
Lidah itu bisa menentukan kehidupan kita.
Saya catat di slide, alat yang Tuhan berikan kepada kita adalah lidah.
Yang diberikan kepada kita untuk memberi kehidupan.
Saya ulangin sekali lagi, lidah adalah alat dari Tuhan untuk kita bisa memberikan kehidupan.
Tetapi lidah yang sama juga bisa jadi alat yang dipakai untuk membawa kematian, Saudara.
Alat ini diberikan oleh Tuhan dengan penuh kuasa.
Kita semua di ruangan ini, semuanya punya lidah.
Itu adalah alat yang luar biasa.
Tetapi di saat yang sama juga bisa dipakai untuk membawa kematian dan bukan kehidupan.
Sebab itu saya catat di slide, bagi orang percaya, lidah bisa jadi sahabat yang terbaik atau juga bisa jadi musuh terbesar dalam hidup kita.
Bapak Ibu, kalau kita tidak hati-hati menggunakan lidah kita, bukannya lidah itu akan menjadi sahabat yang membawa kehidupan.
Tetapi jika Saudara dan saya salah menggunakan lidah, maka yang terjadi adalah dia akan menjadi musuh terbesar bagi Saudara yang membawa kematian dan kebinasaan dalam kehidupan Saudara dan saya.
Sebab itu doa saya setiap jemaat GSJS Pakuwan Mall malam hari ini, termasuk Saudara yang ada di rumah.
Kita belajar untuk menjaga lidah kita.
Yang mau katakan amin.
Yang mau kasih tepuk tangan dulu ya.
Yang paling meriah, tepuk tangan ya.
Yang paling dahsyat.
Nah, kenapa kita harus jaga lidah?
Yang pertama, karena orang yang menjaga lidah membawa keamanan bagi dirinya sendiri.
Ulangin sama-sama, "Membawa apa, Saudara?"
Orang kalau jaga lidahnya, hidupnya pasti aman.
Firman Tuhan ngajarin itu sama kita.
Coba ayatnya di mana?
Amsal 13 ayatnya ketiga.
Dikatakan, "Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya. Siapa yang lebar bibir, akan ditimpa."
Sama-sama katakan, "Apa?"
Orang kalau tidak jaga mulutnya, lebar bibir, dia akan mengalami kebinasaan.
Satu ayat lagi, Amsal 21 ayat 23.
Boleh sama-sama dengan saya baca dengan suara keras.
Satu, dua, tiga.
"Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri daripada?"
Kalau engkau ingin hidupmu sukar, jangan pelihara mulutmu.
Jangan pelihara lidahmu.
Bebasin saja.
Jangan dikendalikan.
Maka engkau akan mengundang kesukaran dalam hidupmu.
Saudara, yang kedua, kenapa kita harus jaga lidah?
Karena setiap orang harus memakan buah perkataannya.
Ulangin sama-sama dengan saya, "Setiap orang harus apa, Saudara?"
"Memelihara, memakan buah perkataannya."
Semua orang, everyone.
Satu saat apa yang kau katakan akan kembali kepadamu.
Kita akan makan buahnya.
Tadi Amsal 18 mengatakan apa?
"Hidup dan mati dikuasai oleh lidah. Siapa suka mengemakannya akan memakan buahnya."
Saudara, satu saat perkataan kita akan kembali loh.
Kita harus makan itu.
Saya pernah memberikan konseling kepada sepasang suami istri.
Mereka punya anak umur 45, belum menikah.
Saya tanya, kenapa sih masalahnya?
Iya, anak saya umur 45, sudah berkali-kali punya pasangan.
Tetapi setiap kali punya pasangan, selalu gagal relationship-nya.
Udah ting-ting, tidak jadi.
Udah mau menikah, selalu batal.
Saya jadi penasaran, kenapa ya kok bisa?
Saya doain, lalu saya memutuskan untuk ketemu dengan anaknya.
Anaknya cerita dan akhirnya dia menceritakan penyebabnya.
Dia bilang gini, "Pastor, tahu tidak, setiap kali dulu waktu saya usia remaja, waktu saya nakal, waktu saya bandel, selalu papa mama saya suka ngomong gini sama saya.
Kamu tuh kalau kayak gini terus, kamu ini sulit loh jodohnya."
Setiap kali saya bandel, selalu saya diomongin.
"Kamu kayak gini nanti jadi istri orang, kamu pasti buat suamimu susah.
Lebih baik kamu tidak usah nikah."
Setiap kali saya bandel, selalu diomongin.
"Kamu tuh nanti ujungnya pasti cerai, karena kamu tuh pasti orang tidak mau hidup sama kamu."
Saudara lihat, waktu anak ini belasan tahun, dia diberikan perkataan oleh orang tuanya yang seperti itu.
Dia tidak sadar, nanti beberapa puluh tahun kemudian, waktu anaknya usia 45, dia akan makan buahnya.
Saudara, kadang-kadang kita tidak sadar.
Kadang-kadang kita meremehkan perkataan.
Tapi ingat, satu saat kalau kita tidak jaga baik-baik, kita akan makan buah.
Entah itu baik maupun buruk.
Yang ketiga, kenapa kita harus jaga lidah?
Karena lidah itu bisa membawa luka jika tidak tepat digunakan.
Tau tidak, Saudara, lidah kita ini kalau dipakai tidak tepat bisa bawa luka.
Kalau saya boleh sebut, lidah manusia ini ada siletnya.
Setuju tidak, Saudara?
Kalau lidah mertua ada goloknya.
Pak, emang ada ayatnya, Pak?
Masa lidah itu kayak golok?
Coba buka Amsal 12 ayat 18.
Boleh sama-sama dengan saya baca dengan suara keras.
Satu, dua, tiga.
"Iya, ada orang yang lancang mulutnya seperti apa, Saudara?"
"Tikaman pedang. Tetapi lidah orang bijak mendatangkan apa, Saudara?"
Lihat, ada orang yang mulutnya seperti tikaman pedang.
Nyakitin, nyakitin, ngelukain.
Hati-hati.
Coba renungkan, ada tidak kata-kata kita sama orang di sekitar kita yang nyakitin dan membuat luka?
Saya pernah ngalamin, Bapak Ibu.
Beberapa tahun yang lalu, saya pernah kotbah di gereja kita.
Waktu itu masih di Grand City.
Saya awal-awal kotbah, saya kotbah jam 10.
Setelah saya kotbah jam 10, saya ke toilet.
Saya turun mimbar, saya langsung ke toilet.
Saya masuk ke toilet, saya cari kubikel, saya buka kubikel, saya kunci.
Tiba-tiba, waktu saya mau buang air kecil, saya dengar ada dua bapak-bapak lagi ngobrol masuk ke dalam toilet.
Ya saya, ya saya tidak hirau kan awal-awalnya.
Tetapi tiba-tiba yang satu bilang gini, "Eh, si kotbah tadi ku sopo yuk."
Misalkan saya yang kotbah.
Saya mau tahu jawabannya.
Satu bapak bilang, "Itu loh Michael, itu loh."
Orang Surabaya manggilnya Michael, bukan Michael, Saudara.
Michael itu, anaknya pasang itu loh.
Saya begitu dengar nama saya, langsung telinga saya gini.
Terus tiba-tiba satu bapaknya bilang, "Om, anaknya pasang. Kotbah ini tidak enak yuk."
Saya dengar gitu, Saudara, saya buang air kecil, sudah keluar, masuk lagi, Bapak Ibu Saudara.
Aduh, Saudara, saya sampai shock di dalam itu.
Akhirnya saya tunggu di dalam, saya tidak keluar-keluar.
Mereka ngobrolin saya 10 menit.
Sopo gini.
Mereka ngobrolin saya 10 menit.
Tapi kan tidak mungkin saya di dalam itu selama-lamanya, Saudara.
Akhirnya saya buka, orangnya masih di luar.
Saya begitu buka, dia lihat saya, mukanya pucat.
Saya lihat dia, dia lihat saya, saya lihat dia.
Pandangan kami penuh arti.
Begitu saya lihat, saya langsung buang muka, saya langsung keluar dari toiletnya, Bapak Ibu Saudara.
Saya sudah ngampunin sih, sudah biarin saja.
Tapi saat itu, aduh, luka.
Kadang-kadang kita juga gitu ya, sama orang-orang di sekitar kita.
Kita tidak sadar sih.
Kita balutnya, uh, kritikan, masukan.
Eh, hati-hati.
Kadang-kadang kita tidak ada maksud.
Tapi perkataan kita kalau tidak tepat, lancang mulutnya, itu seperti tikaman apa, Bapak Ibu?
Pedang.
Yaakobus ngajarin lebih dalam lagi.
Coba buka Yaakobus 3 ayat 5-6.
Dikatakan seperti ini, "Demikian juga lidah. Walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegangkan perkara-perkara yang besar."
Lanjut, baca sama-sama, 1, 2, 3.
"Apa? Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar."
Lanjut ayat 6.
"Lidah pun adalah, ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita. Sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka."
Digambarkan sama Yaakobus, lidah itu kayak api.
Maksudnya gimana?
Api itu selama bisa dikendalikan, itu berguna buat kita.
Lidah ini bukan tidak berguna loh.
Bukan buruk.
Lidah ini kalau bisa kita kendalikan, sangat berguna buat kita.
Kita bisa dapat banyak dengan lidah.
Tapi kalau api itu tidak bisa dikendalikan, akan membawa kehancuran.
Saudara, lidah itu kayak api.
Api yang kecil pun, kalau tidak bisa dikendalikan, bisa ngancurin satu hutan.
Bakar satu hutan.
Bukankah hari-hari ini banyak perselisihan terjadi, keributan terjadi?
Semuanya hanya dimulai karena apa?
Beberapa hari yang lalu saya baca-baca di grup WA.
Ada pertengkaran terjadi di antara dua siswa hanya karena perkataan.
Hanya karena salah satunya dipanggil, satu jenis ekor anjing, pudel.
Saya semestinya kalau dipanggil pudel tidak apa-apa.
Karena pudel lucu, Saudara.
Tetapi lihat, kan setiap orang bisa nerimanya beda-beda.
Tidak bisa dikendalikan, bikin ribut.
Hati-hati, Pak.
Saya renungkan gini ya, Bapak Ibu.
Seringkali banyak kebaikan dan perselisihan selalu dimulai dengan perkataan.
Tapi juga diakhiri karena perkataan.
Saya ulangi sekali lagi.
Banyak hal yang baik dalam hidup kita, banyak hal yang buruk dalam hidup kita, dimulainya dengan perkataan.
Diakhiri juga karena hal sederhana.
Yang baik apa?
Saya percaya yang baik dalam hidup kita adalah pernikahan.
Karena saya percaya pernikahan itu baik.
Kok tidak ada yang amin?
Tidak baik-baik semua di sini?
Pernikahan itu baik.
Pernikahan yang baik dimulainya dengan apa?
Sebelum menikah, selalu apa dulu?
Pacaran.
Sebelum pacaran, kenalan dulu.
PDKT.
Saya mau tanya, kita kenalan pakai apa?
Tidak mungkin orang kenalan cuma pakai alis.
No, no.
Pakai perkataan.
Halo, namamu siapa?
Namaku ini.
Mulai ngobrol.
Karena itu waktu kita kenalan, waktu kita deketin, telpon bisa sampai 7 jam kan?
Sampai dulu pulsanya habis kan?
Sekarang enak ada WA call, sekarang Bapak Ibu.
Tapi sekarang kalau sudah menikah lama, telponnya berapa lama?
Iya, 3 detik.
Bener, Bu.
Iya kan?
3 detik.
Begini.
Semua yang baik selalu dimulainya dengan perkataan.
Kita ngobrol, terus nembak.
"Kamu mau tidak jadi pacarku?"
Ya, cewek.
Iya, mau.
Apa yang terjadi?
Mulailah ada kedekatan, mulai pacaran.
Pakai perkataannya untuk mempererat hubungannya.
Mulai ada kata-kata panggilan, nama-nama panggilan.
Saudara, dulu waktu pacaran panggilannya apa?
Apa Dul?
Enggak ya?
Kita manggilnya sayang.
Kalau zaman sekarang keren.
Anak-anak muda manggilnya pacaran.
La bubu.
Ha dasyat, dasyat.
Terus akhirnya menikah.
Coba lihat yang sudah menikah 25 tahun, punya anak dua, punya cucu.
Manggilnya apa?
Bukan la bubu, tapi lu babu.
Yang tertawa anak kecil, Saudara.
Mungkin dia saksi, Bapak Ibu Saudara.
Halo.
Banyak rumah tangga hancurnya karena?
Mulainya bagus.
Karena perkataan.
Banyak perceraian terjadi.
Semua dimulai hanya karena perkataan.
Orang bisa melayani Tuhan karena perkataan.
Diajak, ayo yuk.
Melayani yuk.
Pelayanan.
Tapi orang bisa berhenti pelayanan juga karena mulutnya orang.
Satu ibu berhenti pelayanan jadi singer.
Kenapa, Bu, berhenti jadi singer?
Iya, Natal kemarin seragamnya ijo.
Saya dibilang pelayan Tuhan yang lain kayak lemper.
Akhirnya dia berhenti.
Orang bisa tersinggung, orang bisa ribut, orang bisa pecah, gereja bisa pecah, semuanya hanya karena just because of this.
Sebab itu saya perlu nyampein nasihat ya buat jemaah Tuhan.
Seringkali lebih baik diam daripada terlalu banyak komentar.
Tidak ada yang amin kalau kayak gini, tidak apa-apa.
Lebih baik diam daripada terlalu banyak apa?
Senggol kanan kiri, "Ojok kaken komentar."
Kita itu terlalu banyak komentar, Bapak Ibu.
Kita mata dikasih berapa, telinga berapa, tangan berapa, kaki berapa, hidung berapa, lubangnya satu, enggak lah dua.
Mulut dikasih berapa?
Itu kode keras dari Tuhan, jangan terlalu banyak.
Jangan kalau kita bisa nahan ini, bukan berarti kita tidak boleh ngomong, itu salah.
Jangan pulang dari tempat ini diam, ditanyain, "Apa mau makan apa?"
Nah, itu tidak bener.
Tapi kita harus bijaksana dengan cara kita berkata-kata.
Saya percaya kalau kita bisa menggunakan lidah kita dengan bijaksana, maka kita akan lihat kuasa Tuhan bekerja dalam hidup kita.
Yang percaya, katakanlah.
Karena itu, firman Tuhan hari ini saya mau tutup kotba saya.
Saya mau tunjukin kepada Saudara bagaimana kita bisa mengalami kuasa dari perkataan.
Kita mau belajar dari satu kisah, kita buka sama-sama dari Markus pasalnya yang kelima ayatnya yang ke-21.
Mengalami kuasa dari perkataan.
Nah, kita akan belajar dari satu perikub.
Perikub ini panjang, karena itu saya tidak akan baca semuanya.
Tapi hari ini saya yakin Saudara pernah denger, jadi saya simpulin, saya ceritakan sedikit buat Saudara.
Markus 5, 21, ayat 36 bicara tentang ada tiga tokoh utama, yaitu satu, seorang kepala rumah ibadat namanya Yairus.
Dua, ada seorang wanita yang sakit pendarahan 12 tahun.
Yang ketiga adalah Yesus.
Jadi cerita singkatnya seperti ini, Yairus, kepala rumah ibadat, dia seperti gembala, seperti pendeta.
Dia punya anak perempuan umur 12 tahun, lagi sakit hampir mati.
Dia datang kepada Yesus, karena dia denger Yesus lagi ngajar.
Dia datang kepada Yesus, dia bilang kepada Yesus, "Yesus, anakku sakit, tolong ke rumahku."
Apa yang terjadi?
Yesus bilang, "Oke, ayo kita ke rumahmu."
Mereka berjalan ke rumahnya Yairus.
Di tengah jalan, di rombongan itu ada satu wanita.
Wanita ini sakit 12 tahun, pendarahan tidak berhenti-henti.
Dia berkata bahwa, "Asalku jamah saja jubahnya, aku pasti."
Kita semuanya tahu, akhirnya dia merangkak menjamah jubah Yesus.
Tiba-tiba Yesus berhenti, stop, "Siapa yang jamah aku?"
Terus berkata, "Semuanya jamah kamu Yesus."
Tetapi, "No, no, no, there's someone different."
Wanita ini ketakutan, dia ngaku, "Aku yang nyentuh."
Dan dia mulai ceritakan kesaksianya, "12 tahun saya sakit."
Di saat Yesus lagi bicara sama wanita ini, kita ingat tadi ada Yairus.
Yairus punya pembantu di rumah.
Pembantu ini, hamba ini datang ke Yairus, dia berkata, "Tuhan, anak Tuhan sudah mati, jadi tidak ada lagi gunanya Yesus untuk datang."
Tapi Yesus berkata, "No, no, no, tidak usah takut, aku akan tetap datang."
Mereka datang ke rumahnya, tidak tahunya sampai di rumahnya Yairus, anaknya memang sudah mati.
Tetapi di situ Yesus berkata, "No, no, no, dia tidak mati, dia tidur."
Yesus berkata, "Talitakum, bangkitlah."
Dan apa yang terjadi?
Kuasa perkataan itu membangkitkan seorang anak muda perempuan yang semestinya sudah mati, dibangkitkan, dan dia mempermuliakan nama Tuhan.
Kasih tepuk tangan buat Tuhan dan kuasa dari perkataan Tuhan.
Nah, jadi dari sini kita akan belajar sama-sama tiga prinsip supaya Saudara dan saya bisa mengalami kuasa dari perkataan.
Yang pertama, secara cepat kita ambil dari tokoh yang pertama, ya Bapak Ibu, yaitu kepala rumah ibadat namanya siapa, Saudara?
Markus 5, 22-24.
"Datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kakinya."
E 23, baca sama-sama 1, 2, 3.
"Dan mohon dengan sangat kepadanya, 'Ya, anakku hampir mati. Datanglah kiranya dan letakkanlah tanganmu atasnya.'"
Lihat di sini, anaknya sakit.
Yairus datang kepada Yesus yang berkata, "Yesus, anakku sakit, tolong datang ke rumahku."
Baca E 24, 1, 2, 3.
"Lalu, apa, Saudara? Pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekatnya."
Amin, Saudara.
Kita fokuskan perhatian kita di E 23 ini.
Kepala rumah ibadat, seorang yang punya tahtah, seorang yang punya power yang sangat-sangat besar.
Tetapi ayat 23 dikatakan, tampilkan ayat 23 multimedia, dikatakan di ayat 23, "Dan memohon dengan sangat kepadanya, anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tanganmu atasnya."
Bapak Ibu Saudara, di sini kita melihat, Yairus tidak menyuruh hambanya.
Kepala rumah ibadat, dia orang yang punya segalanya.
Tetapi tetap dia ambil waktu yang dia miliki.
Dia datang kepada Yesus dan dia bicara dengan Yesus.
Dari situ saya belajar prinsip yang pertama.
Catat baik-baik, kalau engkau ingin mengalami kuasa dari perkataan.
Catat baik-baik yang pertama, selalu ambil waktu bicara kepada Tuhan.
Ulangin sama-sama, 1, 2, 3.
"Selalu ambil waktu untuk apa, Saudara? Bicara kepada Tuhan."
Selalu ada waktu untuk berdoa.
Kasih tahu kanan kiri, "Doa. Doa."
Yairus sibuk.
Yairus punya banyak kerjaan.
Jadwalnya padat.
Tetapi Yairus tetap punya waktu untuk bicara dengan Yesus.
Pertanyaan saya kepada Saudara, adakah Saudara punya waktu untuk bicara kepada Tuhan setiap hari?
Ini sudah bulan ke-10.
Sudah mau habis.
Ini sudah mau masuk bulan November.
Kita tidak sampai 100 hari, sudah masuk Natal.
Singkat loh tahun ini.
Kerasanya cepat banget ya.
10 bulan tidak kerasa, seakan-akan kemarin baru Natal ya.
Sekarang sudah mau Natal lagi.
Pertanyaan saya, gimana kabar jam doa Saudara?
Pertanyaan saya, ada tidak kita di tengah kesibukan kita?
Di tengah semua jadwal kita setiap hari, ada tidak kita waktu?
Waktu yang kita khususkan untuk kita bicara dengan Yesus.
Saudara, Yairus sangat luar biasa.
Waktu bagi Yairus itu sangat berharga.
Tapi dia berikan waktunya yang berharga untuk datang kepada Yesus.
Saya rasa itu perlu kita contoh.
Dan apa yang terjadi?
Pada saat Yairus ambil waktu bicara kepada Yesus, itu membuahkan satu hal yang luar biasa.
Di ayat 24 dikatakan bahwa Yesus pergi dengan orang itu dan datang ke rumahnya.
Hasilnya apa?
Yesus datang ke rumahnya, membangkitkan anaknya.
Bapak Ibu, saya rasa dan saya tahu, Saudara yang datang di tempat ini pasti butuh Tuhan melakukan sesuatu dalam hidup Saudara.
Hari ini kalau engkau ambil waktu bicara dengan Tuhan, saya percaya Tuhan pasti akan bertindak dan menolong Saudara dan saya.
Boleh katakan amin, Bapak Ibu Saudara?
Ambil waktu, kasih tahu kanan kiri, "Ambil waktu."
Semua yang baik dalam hidup kita, kalau kita mau lihat Tuhan bertindak, caranya cuma satu, kita harus banyak berdoa.
Ada amin di tempat ini?
Saya catat setiap waktu, setiap situasi, doa selalu menjadi solusi yang terbaik.
Doa akan selalu menjadi solusi.
Lihat keputusan Yairus untuk berdoa.
Kalau hari ini mungkin kita tidak bisa seperti Yairus datang kepada Yesus.
Tapi hari ini kita punya satu cara untuk datang kepada Yesus.
Dengan cara kita sendiri, yaitu lewat doa kita.
Apa yang terjadi pada saat dia datang kepada Yesus?
Wah, pada saat dia datang kepada Yesus, dia lihat anaknya sebus.
Saya membayangkan, seandainya Yairus tidak datang sama Yesus, ceritanya pasti lain.
Seandainya Yairus datang kepada dokter.
Dia tidak datang sama Yesus.
Dia datang sama dokter.
Dia bilang sama dokter, "Dok, lakukan apapun yang kamu bisa. Yang penting anakku sembuh."
Seandainya waktu itu Yairus pakai waktunya, nyalain istrinya.
"Kamu itu, wah kamu ini mama, gimana sih? Kok sampai anakmu bisa sampai kayak gini?"
Seandainya dia datang sama hamba-hambanya, dia bilang, "Kenapa kalian tidak ada yang bilang?
Kalau anakku sakit. Sekarang anakku parah seperti ini baru, kau katakan kepada aku."
Kalau dia menghabiskan waktunya untuk menyalakan orang lain, dia menghabiskan waktunya untuk mencari pertolongan dari manusia yang terbatas, saya yakin ceritanya pasti lain.
Saya yakin dia akan lihat anaknya mati.
Dia akan depresi.
Mungkin dia berhenti jadi kepala rumah ibadat.
Mungkin dia bisa jadi ateis.
Tetapi karena keputusan yang dia buat adalah datang sama Yesus, di situ hidupnya mengalami hal yang baik.
Saudara, pertanyaan saya, berapa banyak Saudara ingin melihat hidup Saudara baik adanya?
Emang?
Putuskanlah untuk berdoa kepada Tuhan yang mau.
Kasih tepuk tangan yang paling meriah.
Tepuk tangan yang paling berhasil.
Pak Bu, jangan remehkan doa.
Kasih tahu kanan kiri, "Jangan remein doa."
Doa itu, ingat, besar kuasanya.
Ada banyak orang hari-hari ini ngeremehin doa.
Karena sudah terlalu sering disuruh doa.
Dan memang.
Kalau kita datang sama pendeta, itu kadang-kadang paling menjengkelkan.
Karena kita sudah cerita sampai mulut kita bebusa, ujungnya disuruh apa?
Doa.
"Ayo kita doa ya."
Ada yang bilang gini, "Pak, saya tahu doa, Pak. Disuruh apa lagi? Masa doa lagi?"
Iya, doa.
Doa lagi, doa lagi.
Iya, sebenarnya, doa lagi.
"Pak, tidak ada yang berubah?"
Doa lagi.
Karena kita percaya doa orang benar itu selalu besar.
Mungkin tidak langsung instan.
Doa itu tidak ada yang instan langsung terjadi.
Tetapi kita tetap percaya doa, meskipun tidak menghasilkan hasil yang instan, tetap punya kuasa yang besar.
Amen, Bapak Ibu.
Saya kadang-kadang sangat miris sekali dengan orang Kristen yang meremehkan doa.
Salah satu contoh paling gampang meremehkan doa berkat.
Ya, banyak orang di gereja, terutama kalau di gereja yang pulangnya ngantri, itu sukanya skip doa berkat.
Jam ini tidak ada.
Saya tidak ngomong jam Saudara, jam lain Saudara ya.
Jam Saudara tidak ada, semuanya doa berkat.
Haleluya, ya kan.
Kadang-kadang saya lihat ngeremehin.
Saya sering ya doa berkat, kadang-kadang saya doa berkat itu saya uji.
Sambil saya buka mata satu, Saudara.
Ada saya sambil doa, "Terimalah berkat."
Ada jemaah di tengah itu ngeliatin saya gitu.
Saya jadi, saya lagi doain.
Gini.
Kadang-kadang ya, maaf ya.
Kita nganggep, "Apa sih doa berkat?"
Loh, dengarnya baik.
Tidak pernah ada satupun doa di Alkitab yang sia-sia.
Boleh katakan ramai?
Terutama yang sudah diordin sama Tuhan.
Tau tidak, yang saya ucapin di akhir khutbah, itu bukan hafalan buat Saudara.
"Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau.
Tuhan mengingatkan engkau dengan wajahnya, memberi kau kasih karunia.
Tuhan menghadapkan wajahnya kepada mu, memberi kau damai sejahtera."
Dalam nama Tuhan Yesus yang sudah diberkati Tuhan, sama-sama katakan.
Amin.
Uji Tuhan.
Haleluya.
Selamat malam, Bapak Ibu saya terkasih Tuhan Yesus.
Amin.
Selamat malam.
Selamat malam.
Selamat malam.
Selamat malam.
Thank you.
Thank you.
Thank you.
Thank you.
Thank you.
Thank you.
Thank you.
Thank you.
Thank you.
Thank you.
Thank you.
Thank you.
Thank you.
Thank you.
Thank you.