Understanding Wealth: A Biblical Perspective on True Fulfillment

Devotional

Sermon Summary

Bible Study Guide

Sermon Clips


Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang. Dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Ini pun sia-sia. Dengan bertambahnya harta bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya selain daripada melihatnya? Enak tidurnya orang yang bekerja. Baik ia makan sedikit maupun banyak. Tetapi kekenyangan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan dia tidur. [00:53:36] (35 seconds)


Sebagaimana ia keluar dari kandungan ibunya demikian juga ia akan pergi. Telanjang seperti ketika ia datang. Dan tak diperolehnya dari jeripayahnya suatu pun yang dapat dibawa dalam tangannya. Ini pun kemalangan yang menyedihkan. Sebagaimana ia datang demikian pun ia akan pergi. Dan apakah keuntungan orang tadi yang telah berlelah-lelah menjaring angin? [00:54:25] (22 seconds)


Malah sepanjang umurnya ia berada dalam kegelapan dan kesedihan. Mengalami banyak kesusahan. Penderitaan dan kekesalan. Lihatlah. Yang kuanggap baik dan tepat ialah. Kalau orang makan minum dan bersenang-senang dalam segala usaha yang dilakukan dengan jeripayah di bawah matahari. Selama hidup yang pendek. Yang dikaruniakan Allah kepadanya. Sebab itulah bahagianya. [00:54:49] (26 seconds)


Kekayaanmu menarik banyak benalu datang. Tambah kaya engkau. Tambah banyak orang yang mendekat kepadamu. Menjadi saudara palsu. Sahabat palsu. Teman palsu. Orang yang pura-pura hadir. Lalu kemudian memperhatikan engkau. Sebab dia pikir engkau punya gula. Engkau punya kue yang bisa dia ambil. Bukankah pribahasa berkata. Dimana ada gula. Disana ada semut. [01:07:17] (28 seconds)


Kekayaan ternyata mengancam nyawa versi Salomo. Sebab apa? Ada banyak orang menginginkan apa yang ada di balik peti besimu itu. Berangkasmu itu. Orang menginginkan di balik kamarmu, di balik lemarimu. Ada barangkali pencuri, perampok yang datang bisa dari. Dari luar rumah atau dari dalam rumah. Dia begitu mengancam nyawa. [01:11:26] (29 seconds)


Resiko kehilangan secara mendadak bisa terjadi. Jika kekayaan dijadikan. Tujuan hidup. Bukan perjalanan mengiring Kristus. Lalu kekayaan mengikuti. Bahaya yang ke enam. Kekayaan ternyata sangat menyusahkan. Ayat 17. Malah sepanjang umurnya ia berada dalam kegelapan dan kesedihan. Mengalami banyak kesusahan, penderitaan dan kesalahan. [01:14:11] (31 seconds)


Kekayaan gak bisa kita bawa ke alam keabadian. Kita semua tahu kebenaran ini. Tapi berapa banyak yang berpikir tuntas. Berpikir serius dan mendalam tentang apa yang kita tahu ini. Bahwa tak ada harta yang bisa kita bawa. Perhatikan, saya yakin pengkotba melihat dari realita hidup yang pertama. Yang kedua, pengkotba terinspirasi dari kitab Ayub. [01:17:13] (26 seconds)


Engkau akan bisa membawa semua yang bersifat materi dan sementara. Jika engkau menggunakan semua materi yang bersifat sementara itu. Untuk kekekalan. Baru bisa. Engkau kaya. Engkau menabur bagi pekerjaan Tuhan. Engkau kaya. Engkau peduli kepada sesama. Engkau kaya. Engkau membantu keluarga. Engkau menyekolahkan anak orang. Menolong pembantumu di rumah. [01:18:21] (23 seconds)


Pandanglah kekayaan sebagai berkat karunia Tuhan. Sang pengkotba berkata begitu, ayat 18. Lihatlah, yang kuanggap baik dan tepat ialah, kalau orang makan, minum, dan bersenang-senang, dan dalam segala usaha yang dilakukan dengan jeripayat di bawah matahari, selama hidup yang pendek, yang dikaruniakan Allah kepadanya. Sebab itulah bahagiannya. [01:25:26] (27 seconds)


Betapa penting, yang kau peroleh adalah karunia Allah. Tapi untuk menikmati karunia Allah ini pun, kita butuh karunia lain. Apa itu? Karunia menikmati. Jadi antidot, supaya tidak terkena virus delapan bahaya dari kekayaan. Bapak Ibu dan saya, pertama. Pertama, harus memandang semua yang ada padamu, sungguh-sungguh karunia Allah. Lalu kemudian yang kedua, ingatlah semua yang ada padamu, butuh karunia menikmati dari Allah. [01:33:22] (29 seconds)

Ask a question about this sermon