Setiap aktivitas sehari-hari, sekecil apapun, dapat berubah menjadi ibadah yang bernilai akhirat jika diawali dengan niat yang benar dan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim. Dengan niat karena Allah, rutinitas seperti makan, minum, atau bekerja tidak hanya memenuhi kebutuhan duniawi, tetapi juga menjadi tabungan pahala di sisi Allah. Bahkan, malaikat diperintahkan untuk mencatat setiap amal baik yang diawali dengan Bismillah sebagai ibadah, sehingga aktivitas sederhana pun menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh keberkahan serta pahala yang berlipat ganda. [05:07]
Al-Qur’an Surah Al-An’am 6:160
"Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa membawa perbuatan jahat, maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya; sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan)."
Refleksi: Pilih satu rutinitas harian Anda hari ini, lalu niatkan dengan sungguh-sungguh karena Allah dan awali dengan Bismillah—bagaimana perasaan Anda setelah melakukannya dengan kesadaran ibadah?
Ketika seseorang membiasakan diri mengawali aktivitas dengan niat ibadah, ketenangan jiwa (tumakninah) akan tumbuh dan terakumulasi menjadi jiwa yang mutmainnah. Jiwa yang mutmainnah adalah jiwa yang tenang, ridha, dan diridhai Allah, yang kelak akan dipanggil dengan penuh kemuliaan di akhirat. Ketenangan ini bukan hanya hasil dari selesainya masalah, tetapi buah dari ibadah yang konsisten dan niat yang lurus, sehingga setiap detik kehidupan menjadi lebih bermakna dan penuh kedamaian. [05:53]
Al-Qur’an Surah Al-Fajr 89:27-30
"Hai jiwa yang tenang!
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,
dan masuklah ke dalam surga-Ku."
Refleksi: Renungkan satu aktivitas ibadah yang rutin Anda lakukan—apakah Anda sudah merasakan ketenangan jiwa darinya? Jika belum, apa yang bisa Anda perbaiki dalam niat dan pelaksanaannya?
Pokok-pokok agama yang diajarkan Jibril kepada Nabi Muhammad SAW adalah Islam, Iman, dan Ihsan. Islam menekankan syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji; Iman menuntut keyakinan penuh kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir, dan takdir; sedangkan Ihsan adalah beribadah seolah-olah melihat Allah, atau yakin bahwa Allah selalu melihat kita. Ketiga pilar ini harus dihidupkan dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekadar nama atau identitas, agar benar-benar membentuk karakter dan perubahan hidup yang nyata. [14:47]
Hadis Jibril (HR. Muslim no. 8):
Dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Ketika kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba datang seorang laki-laki yang sangat putih pakaiannya, sangat hitam rambutnya, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh, dan tidak seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia duduk di hadapan Nabi, lalu bertanya: ‘Wahai Muhammad, kabarkan kepadaku tentang Islam...’ (dst. hingga penjelasan tentang Islam, Iman, dan Ihsan).”
Refleksi: Dari tiga pilar ini, mana yang paling lemah dalam diri Anda saat ini? Apa langkah konkret yang bisa Anda lakukan minggu ini untuk memperkuatnya?
Keberkahan adalah bertambahnya kebaikan dan manfaat yang konsisten dalam setiap aspek kehidupan, baik materi maupun non-materi. Sesuatu yang berkah tidak hanya mencukupi kebutuhan, tetapi juga membawa energi positif untuk berbuat baik, menambah manfaat, dan menumbuhkan kebaikan yang terus-menerus. Keberkahan ini hadir ketika niat dan amal kita benar, sehingga apa pun yang kita miliki, meski sedikit, dapat membawa kebahagiaan, manfaat, dan kemuliaan, baik di dunia maupun di akhirat. [08:10]
Al-Qur’an Surah Al-Baqarah 2:261
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui."
Refleksi: Lihatlah satu hal sederhana yang Anda miliki hari ini—bagaimana Anda bisa menggunakannya untuk menambah keberkahan dan manfaat bagi orang lain?
Lingkungan yang baik dan adab yang benar dalam menuntut ilmu sangat mempengaruhi keberkahan dan pemahaman yang didapat. Duduk bersama orang-orang shalih, menjaga penampilan, fokus, dan sopan dalam majelis ilmu akan mengangkat derajat iman dan ilmu seseorang. Bahkan, adab dalam hal-hal kecil seperti memilih tempat duduk, menyapa, dan menghormati guru serta teman belajar, menjadi kunci agar ilmu yang didapat membawa perubahan positif dan keberkahan dalam hidup. [01:03:53]
Al-Qur’an Surah Al-Mujadila 58:11
"Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: 'Berlapang-lapanglah dalam majelis', maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: 'Berdirilah kamu', maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Refleksi: Saat Anda mengikuti majelis ilmu atau belajar, adab apa yang bisa Anda perbaiki agar ilmu yang Anda dapatkan lebih berkah dan bermanfaat?
Setiap aktivitas yang kita lakukan dalam hidup ini, sekecil apapun, bisa berubah menjadi ibadah yang bernilai akhirat jika diawali dengan niat yang benar dan dimulai dengan Bismillahirrahmanirrahim. Inilah rahasia mengubah rutinitas duniawi menjadi tabungan ukhrawi. Dengan niat karena Allah, aktivitas sederhana seperti minum air pun bisa menjadi ladang pahala, bukan sekadar menghilangkan haus. Nilai ibadah ini bukan hanya berdampak di akhirat, tapi juga membawa keberkahan di dunia—menambah kebaikan dan ketenangan dalam hidup kita, yang disebut dengan tumakninah. Jiwa yang terbiasa dengan tumakninah akan menjadi mutmainnah, yaitu jiwa yang tenang dan siap menghadapi kematian dengan ridha dan diridhai Allah.
Kita diajak untuk membiasakan diri menjadikan seluruh rutinitas sebagai ibadah, sehingga seluruh aspek kehidupan—bicara, memandang, bekerja, belajar, bahkan berumah tangga—menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah. Inilah makna menjadi ‘abdun, hamba yang seluruh hidupnya terisi ibadah. Keberkahan yang lahir dari rahman Allah akan terasa dalam kehidupan dunia, dan pahalanya akan menanti di akhirat.
Selanjutnya, kita diajak memahami tiga pilar utama dalam Islam: Islam, Iman, dan Ihsan. Ketiganya dijelaskan dalam hadis Jibril yang sangat terkenal, di mana Jibril datang dalam rupa manusia, bertanya kepada Nabi tentang hakikat Islam, Iman, dan Ihsan. Islam adalah bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan-Nya, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa, dan berhaji. Iman adalah keyakinan kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir, dan takdir. Ihsan adalah beribadah seolah-olah melihat Allah, dan jika tidak mampu, yakinlah bahwa Allah selalu melihat kita.
Kisah Umar bin Khattab menjadi contoh nyata bagaimana Islam mampu mengubah karakter seseorang secara total. Dari sosok yang keras dan jenius di masa jahiliah, Umar berubah menjadi pemimpin adil, penuh kasih, dan sangat peduli pada rakyatnya. Perubahan ini terjadi karena Umar benar-benar mengamalkan kurikulum Islam dalam hidupnya. Kita pun diajak untuk meniru semangat para sahabat: mencari lingkungan yang baik, menjaga adab dalam menuntut ilmu, dan selalu memperbaiki niat dalam setiap aktivitas. Dengan demikian, hidup kita akan penuh keberkahan, ilmu yang bermanfaat, dan karakter yang mulia.
Ada ketenangan yang dihasilkan dari proses selesainya masalah, itu sakinah namanya. Punya masalah lalu selesai, hati kita lapang, itu sakinah. Kalau kita ibadah lalu berdampak pada ketenangan jiwa, itu namanya tumak nina. Karena itu ruku' sampai tumak nina. Bukan sekedar ruku', tapi merasa tenang dalam ruku'. Sujud sampai tumak nina. Sehingga nanti merubah keadaan jiwa kita, dampaknya kepada jiwa setelah ibadah itu merasa lebih tenang. Nah, jiwa yang mendapatkan sifat tumak nina itu disebut mutmainnah. [00:05:35] (41 seconds) #KetenanganDalamIbadah
Apa itu berkah? Ziyadatil khair wastimraruhu. Bertambahnya nilai kebaikan yang melekat pada benda yang kita konsumsi itu. Dan konsisten kebaikan itu dibawa dalam kehidupan. Contoh. Ini ada air misalnya. Diminum. Apa perbedaan air ini menjadi berkah dengan sekedar menghilangkan haus? Walaupun sedikit diminum, haus hilang. Tapi ketika dia menjadi berkah, fungsinya bertambah. Hausnya hilang. Tapi nanti dia akan berubah, bertransformasi menjadi energi positif kebaikan yang mengeluarkan banyak ekspresi kemuliaan dalam hidup. Walaupun minumnya sedikit, tapi dia jadi energi positif untuk berbuat baik. [00:08:06] (47 seconds) #BerkahDalamKebaikan
Karena kurikulum kehidupan ini berupa firman Allah langsung dibuka dengan kalimat La raibha fi. Zalikal kitabula raibha fi. Kitab yang agung ini, yang jauh dari apa yang kau bayangkan, yang bersumber dari kekuatan yang sangat jauh dari apa yang kau imajinasikan itu. La raibha fi. Tidak ada keraguan yang terkandung di dalamnya. Tak ada hujah kita untuk menyoalnya. Jadi kalau berinteraksi dengan Quran itu jangan pernah ragu. Kalau ragu gak dapat nanti fadilahnya, keutamaan keberkahannya. Harus ada keyakinan dan bukan sekedar bacaan. Disitu ada kurikulum kehidupan. [00:29:33] (40 seconds) #KeyakinanTanpaKeraguan
Setelah beliau masuk Islam, berubahlah karakternya, yang tadinya keras kekuatan fisiknya diarahkan pada ketegasan yang melahirkan keadilan. Maka dikenallah beliau dengan Gerard Farouk yang seorang pembeda, tampil beda karena menempatkan kekuatan fisiknya untuk menegakkan keadilan. Saat orang-orang menggunakan kekuatan fisiknya hanya untuk meningkatkan nilai dan tingkat kriminalitasnya. Umar tampil beda, sehingga saking luar biasanya kekuatan digunakan viral, jangankan manusia. Setan pun lihat Umar lari. [00:34:26] (40 seconds) #TransformasiKarakterUmar
Jadi kalaupun santai-santai, jangan merendahkan kehormatan. Ngobrol yang gak penting. Ngobrol yang menghilangkan marwah. Membahas sesuatu yang bahkan melahirkan perselisian. Ngobrol santai, saling celak, ujungnya berantem, hilang silaturahim. Itu laga namanya. Maka ciri orang beriman yang berharap mendapatkan surga firdaus, ciri keduanya itu, meninggalkan hal yang tak penting. [00:45:03] (24 seconds) #PersiapanBelajarMengajar
Jadi penampilan, ya perbaiki, rapi, tidak harus mahal, gak harus mewah, maksudnya penampilan yang membuat kita itu nyaman untuk ngaji. Syadidus sawadis syari, rambut tertata rapi, enak kan? Wah kebayang kalau anda masuk ke sini, saya lihat satu rambut kepang sebelas misalnya kan, rapiin, enak ya, sehingga malaikat yang ada di sampingnya pun mendoakan. [00:59:32] (26 seconds) #MajlisIlmuBerkah
I'm an AI bot trained specifically on the sermon from Aug 01, 2025. Do you have any questions about it?
Add this chatbot onto your site with the embed code below
<iframe frameborder="0" src="https://pastors.ai/sermonWidget/sermon/transforming-daily-activities-into-acts-of-worship" width="100%" height="100%" style="height:100vh;"></iframe>Copy